Total Pageviews

Blog Archive

Formulir Kontak



Model Pembelajaran Konstruktivisme Bagi Siswa

Penulis : Septiardi Prasetyo
             Guru di Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq, Kota Bandung

Saat ini penetrasi informasi dari dunia luar begitu dahsyat. Intensitasnya belum pernah terjadi diabad-abad sebelumnya. Bagi siswa, mengakses informasi bukan lagi kendala yang berarti. Kini memiliki barang teknologi informasi tidak semahal dan sesulit dulu. Mulai dari radio, televisi, telefon, hingga internet telah memberikan andil yang sangat signifikan dalam mempercepat penyebaran informasi pada siswa.
Ketika pemerintah belum berhasil merumuskan suatu kebijakan konsisten dan tegas tentang bahaya globalisasi informasi ini, maka dunia pendidikan bisa dijadikan �benteng�terdepan untuk membendung dan mengajarkan kemampuan kepada siswa dalam menyaring informasi.
Kegiatan belajar mengajar(KBM) di kelas dapat dijadikan momentum untuk merealisasikannya. Saat KBM berlangsung, siswa diajak untuk mengungkapkan pengetahuan, pengalaman, dan pengamatan fenomena dilingkungannya. Kemudian guru memberikan demonstrasi, ilustrasi, atau percobaan untuk menguji kebenaran dari pemahaman awal siswanya. Setelah itu, siswa diajak membandingkan pemahaman mereka dengan demonstrasi, ilustrasi, atau percobaan yang telah disampaikan guru.
Pada proses ini, siswa akan terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, mereka yang merasa pemahamannya sesuai dengan yang dilakukan guru. Sehigga semakin kuat dan mendalamlah pemahamannya. Kelompok kedua,mereka yang memiliki pemahaman yang berbeda dengan fakta yang telah ditunjukan guru. Maka pada siswa kelompok kedua ini akan mucul konflik kognitif.
Konflik kognitif ini dapat dijadikan kesempatan bagi guru untuk mengajak siswanya berdiskusi guna mencari pemecahan masalah. Pada saat diskusi, peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator, dan navigator bagi para siswanya. pada saat KBM, guru menyediakan waktu khusus untuk kegiatan diskusi. Kemudian guru menunjukan hal-hal yang telah menjadi perbedaan dalam memahami suatu materi untuk direspon siswanya melalui diskusi. Saat diskusi berlangsung, guru dapat mengarahkan siswanya menuju pemahaman yang benar.
Dalam KBM di atas, guru telah berhasil menggali tiga aspek fundamental yang dimiliki siswa. Aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotor (keterampilan). Pembelajaran di atas merupakan aplikasi dari model pembelajaran Konstruktivisme(MPK). Model pembelajaran ini sangat cocok bagi siswa yang setiap hari dihujani beragam informasi dari dunia sekitarnya.
MPK pertama kali dikemukakan oleh Novick. Ia beranggapan bahwa setiap siswa masuk ke dalam kelas, mereka datang tidak dengan kepala yang kosong. Artinya, siswa memiliki pengetahuan awal ketika hendak mempelajari materi pelajaran yang baru. Pengetahuan awal ini, siswa peroleh dari materi pelajaran yang lalu, informasi dari lingkungan, pengalaman sehari-hari, dan sebagainya. Pengetahuan awal ini bisa dijadikan modal bagi guru untuk mengetahui sejauh mana siswa memiliki pengetahuan yang benar, pengetahuan yang sesuai dengan rumusan para ilmuwan.
Dalam MPK tipe Novick ini, terdapat tiga fase yang menjadi cirri khasnya. Pertama, mengungkap konsepsi awal. Kedua, menciptakan konflik kognitif. Ketiga, mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Ketiga fase tersebut harus diselesaikan dalam satu kali jam pelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut proaktif untuk mengarah siswanya supaya ketiga fase ini dapat berjalan dengan lancar.
Fase pertama, mengungkap konsepsi awal. Pada fase ini guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali pengetahuan awal siswa. Pertanyaan ini dapat berhubungan dengan materi sebelumnya atau berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-hari. Pertanyaan ini bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Setelah guru mengetahui pengetahuan awal siswa, maka guru mengarahkan siswanya menuju fase berikutnya.
Fase kedua, menciptakan konflik kognitif. Pada fase ini guru memberikan beberapa demonstasi atau percobaan untuk membuktikan kebenaran pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Bagi siswa yang memiliki pengetahuan awal yang benar, maka semakin bertambahlah pemahaman tentang matri yang sedang dipelajari. Bila pembuktian berbeda dangan pengetahuan awal siswa, maka ada dua kemungkinan. Siswa memahami konsep baru sesuai pembuktian atau terjadi konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi karena munculnya perbedan antara pengetahuan awal dengan demonstrasi atau percobaan yang dilakukan. Oleh sebab itu saatnya masuk fase ketiga.
Fase ketiga,mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Pada fase ini, siswa diajak berdiskusi. Pada tahap ini, guru mengarahkan siswa kepemahaman yang benar. Tujuan dari keseluruhan proses ini bisa melatih siswa bersikap kritis terhadap informasi-informasi yang beredar di sekitarnya.
Labels: konstruktivisme, model pembelajaran konstruktivisme

Thanks for reading Model Pembelajaran Konstruktivisme Bagi Siswa. Please share...!

0 Komentar untuk "Model Pembelajaran Konstruktivisme Bagi Siswa"

Back To Top