Oleh : Septiardi Prasetyo
Guru di MI At-Taufiq, Kota Bandung
Artikel ini pernah dimuat di Koran Pikiran Rakyat, jumat 2 Januari 2009
Ada kekhawatiran dari sebagian guru setiap akan memasuki musim liburan. Merekamencemaskan siswanya akan memasknai liburan sekolah sebagai libur segalanya. Libur dari bangun pagi, libur mengerjakan pekerjaan Rumah (PR), libur belajar di Rumah dan libur dari segala rutinitas pembelajaran lainnya. Sehingga, hari liburan sekolah diwarnai dengan bangun tidur kesiangan, bermain sepanjang waktu dan aktivitas harian yang tidak menentu. Bila ini makna dari liburan sekolah, bagi guru dan orang tua, ini adalah cerita horor yangakan selalu berulang setiap liburansemester.
Kekhawatiran guru itu sangat beralasan, karena setiapsiswa berada pada lingkungan keluarga yang tidak homogen. Ada sebagian orang tua siswa yang sangat memperhatikan jawal kegiatan anaknya saat liburan sekolah. Mulai dari bangun pagi hingga tdur kembali di malam hari. Ada pula orang tua yang memanfaatkan musim liburan dengan mengikutkan anak-anaknya dalam kegiatan pesantren kilat untuk memperdalam ilmu agama. Dan tidak sedikit pula membawa putra dan ptrinya menghabiskan masa liburan di Rumah nenek.
Apa pun aktivitas siswa saat liburan sekolah, diharapkan selalu menjadi perhatian orangtua. Ketika di sekolah, siswa selalu diawasi oleh para guru dan teman-temannya. Saat di luar sekolah, orang tua dan lingkunganlah yang menggantikan peran guru dalam mengawasi anak-anaknya.
Upayakan pola aktivitas siswa saat liburan tidak jauh berbeda dengan pola aktivitas saat mereka bersekolah. Bila setiap hari, para siswa harus bangun pagi, mandi, sarapan kemudian berangkat sekolah. Maka saat musim liburan sekolah, kebiasaan positif tersenut harus dilanjutkan. Orang tua dapat mengganti rutinitas belajar di sekolah dengan aktivitas pembelajaran lainnya.
Liburan juga merupakan saat yang tepat bagiorang tua untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja sama kepada putra-putrinya. Misalnya setiap hari, anak dibiasakan disiplin bangun pagi. Begitu pun setiap anak harus bertanggung jawab dalam membereskan tempat tidurnya. Dan tugas tersebut dikerjakan orang tua dan anak bersama-sama supaya pekerjaan lebih ringan dan cepat selesai.
Untuk mengupayakan aktivitas siswa selalu dalam koridor yang benar saat mengisi waktu liburan sekolah, maka para orang tuaharus menghindarkan putra dan putrinya bermainsepanjang waktu. Bermain adalah aktivitas positif yang menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dan bereksresi bersama teman-teman sebayanya. Dan orang tua bertugas untuk memilah aktivitas bermain yang benar-benar positif bagi anak-anaknya. Dan memberi jadwal kapan melakukan aktivitas lainnya. Sehingga aktivitasanak tidak hanya terpaku pada kegiatan bermain saja.
Anak hendaknya selalu disiplin dalam mengelola waktu. Salah satu kunci sukses untuk mengisi liburan sekolah ada;ah pengelolaan waktu. Orang tua dituntut untuk bisa memilihkan waktu yang tepat untuk setiap aktivitas putra dan putrinya. Dan orang tua dapat meniru pola aktivitas harian ketika anak bersekolah.
Menghindarkan anak dari aktivitas yang sia-sia dan membuang waktu adalah pekerjaan rumah yang cukup yang cukup menantang bagi setiap orang tua. Karena orang tua harus bias memberi pengganti bagi aktivitas yang tidak berguna dengan aktivitas yang lebih positif.
Liburan sekolah yang berlangsung beberapa minggu ini, harus mampu memberikan suasana segar yang bias memberikan motivasi kepada anak untuk lebih memacu prestasi belajarnya di semester berikutnya. Bukan sebaliknya, setelah liburanberakhir siswa merasa dibebani oleh baying-bayang tentang ksibukan dan rutinitas harian di sekolah yang harus mereka lalui.
Labels:
artikel pendidikan,
Menyikapi liburan sekolah,
pikiran rakyat
Thanks for reading Menyikapi Liburan Sekolah. Please share...!
0 Komentar untuk "Menyikapi Liburan Sekolah"